TEORI
KEMUNGKINAN DALAM GENETIKA
Makalah
ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika
Dosen
Pengampu :
Nurul Kusuma Dewi, S.
Si., M.
Sc.
Disusun
Oleh :
RISZA
RISANTY [11.431.078]
ERMA
NURFIANA [11.431.081]
BIOLOGI
IVC
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
IKIP
PGRI MADIUN
MEI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah tentang Genetika yang berjudul “Teori Kemungkinan dalam
Gentika” ini dapat diselesaikan sesuai dengan tuntutan proses pembelajaran di
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Madiun.
Makalah ini membahas “ Teori Kemungkinan
dalam Genetika “ Penulis sangat berharap makalah ini dapat membantu dalam
memahami kemungkinan–kemungkinan yang bisa terjadi dalam peristiwa atau
kejadian yang hasilnya tidak dapat dipastikan.
Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu penulis
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Madiun, Mei
2013
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................ i
KATA
PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR
ISI................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................. 1
- Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
- Rumusan Masalah............................................................................... 2
- Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
- Dasar-Dasar Kemungkinan dalam Genetika...................................... 3
- Penggunaan Rumus Binomium.......................................................... 6
C.
Tes X2 (Chi Square Test)..................................................................... 9
BAB
III PENUTUP..................................................................................... 14
- Simpulan........................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... iv
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Probabilitas atau istilah lainnya
kemungkinan, kebolehjadian, peluang dan sebagaimya umumnya digunakan untuk
menyatakan peristiwa yang belum dapat dipastikan. Kemungkinan adalah suatu istilah untuk menunjukkan ketidak pastian,
artinya segala sesuatu yang tidak pasti terjadi dapat juga akan terjadi walaupun mungkin juga tidak atau belum tentu terjadi.
Kemungkinan
merupakan harapan akan terjadinya suatu
peristiwa, tidak sama untuk setiap peristiwa dan setiap waktu. Oleh karena itu
besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang berbeda dapat sama dapat pula
berbeda. Dapat juga digunakan untuk menyatakan suatu pernyataan
yang tidak diketahui akan kebenarannya, hal ini diduga berdasarkan prinsip
teori peluang yang ada.
Sehubungan dengan itu, teori
kemungkinan sangat penting dalam mempelajari genetika. Dalam ilmu genetika,
kemungkinan ikut mengambil peranan penting. Misalnya mengenai pemindahan
gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh
spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat
terjadi berbagai macam kombinasi (Suryo, 2005).
Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetik,
kita memerlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai yang
diharapkan menjadi probabilitas dari ketidaksamaan demikian yang terjadi oleh
peluang. Uji yang lazim digunakan adalah uji X2 (Chi-square test) atau ada yang menamakannya uji
kecocokan (goodness of fit) (Yatim, 1996).
Uji chi square adalah cara yang dipakai untuk membandingkan data percobaan yang
diperoleh dari persilangan. Selain itu, uji ini harus pula memperhatikan
besarnya sampel dan jumlah peubah (derajat bebas) (William, 1991).
B. Rumusan Masalah
Dari uraian dalam latar
belakang, dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
dasar-dasar teori kemungkinan dalam genetika?
2. Bagaimana
pengaplikasian dari rumus binomium?
3. Bagaimana
pengaplikasian dari Tes X2 (Chi Square Test) ?
C.
Tujuan
Penulisan
Setelah
menelaah latar belakang pembuatan makalah, maka dapat dirumuskan menjadi suatu
tujuan pembuatan makalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui dasar-dasar teori kemungkinan dalam genetika.
2. Untuk
mengetahui pengaplikasian dari rumus binomium.
3. Untuk
mengetahui pengaplikasian dari Tes X2 (Chi Square Test).
BAB II
PEMBAHASAN
A. DASAR-DASAR KEMUNGKINAN DALAM GENETIKA
Teori kemungkinan merupakan dasar
untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang
berbeda-beda. Penggunaan teori kemungkinan ini memungkinkan kita untuk menduga
kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu (Crowder,
1988).
Peranan penting kemungkinan dalam ilmu
genetika, yaitu sebagai berikut:
a. Pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet.
b. Pembuahan sel telur oleh spermatozoon.
c. Berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi
a. Pemindahan gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet.
b. Pembuahan sel telur oleh spermatozoon.
c. Berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat terjadi
berbagai maca kombinasi.
Beberapa dasar mengenai teori
kemungkinan yang perlu diketahui ialah:
1.
Besarnya kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang
diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu
terhadap keseluruhannya.
Rumus:
Rumus:
K : kemungkinan
K(x) : besarnya kemungkinan untuk mendapat (x)
x : peristiwa yang diharapkan
y : peristiwa yang tidak diharapkan
x + y : jumlah keseluruhan
Contoh:
a) Uang logam
mempunyai dua sisi yaitu sisi atas (kepala) dan sisi bawah (ekor). Jika kita
melakukan tos (melempar uang logam ke atas) dengan sebuah uang logam. Berapa
kemungkinanya kita mendapat kepala?
Jawaban:
Jawaban:
b) Jika kita
melempar sebuah dadu, berapa kemungkinan akan mendapat angka 6?
Jawaban:
Sebuah dadu
mempunyai 6 sisi, masing-masing diberi angka dari 1 sampai 6. Jadi ada satu
angka 6.
c) Berapa
kemungkinan bahwa seorang ibu melahirkan seorang anak laki-laki?
Jawaban:
2.
Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau
lebih yang masing-masing berdiri sendiri adalah sama dengan hasil perkalian dari
besarnya kemungkinan untuk masing-masing peristiwa itu.
Rumus:
Rumus:
Contoh:
a) Suami istri
masing-masing normal tetapi membawa gen untuk albino . berapa kemungkinannya
mereka akan mendapatkan seorang anak perempuan albino ?
Jawaban :
P (laki-laki) Aa x Aa (perempuan) (keduanya normal)
F1 AA = normal Aa = normal
Aa = normal =3/4 aa = albino =1/4
P (laki-laki) Aa x Aa (perempuan) (keduanya normal)
F1 AA = normal Aa = normal
Aa = normal =3/4 aa = albino =1/4
Di atas
telah diketahui bahwa pada keluarga demikian itu, kemungkinan
lahirnya anak normal adalah ¾, sedangkan albino adalah ¼ . Kemungkinan lahirnya anak perempuan adalah ½.
lahirnya anak normal adalah ¾, sedangkan albino adalah ¼ . Kemungkinan lahirnya anak perempuan adalah ½.
Maka K( perempuan albino) = ½ x ¼
=1/8
b) Berapa
kemungkinan bahwa 4 orang anak dalam suatu keluarga mempunyai urutan secara
berseling, yaitu laki-laki, perempuan, laki-laki, perempuan?
Jawaban:
Telah
diketahui bahwa kemungkinan lahirnya laki-laki dan perempuan adalah sama, yaitu
½ .
Maka K (lk,
pr, lk, pr) = ½ x ½ x ½ x ½ =
3.
Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang
saling mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk
tiap peristiwa itu.
Rumus:
Rumus:
Contoh:
a)
Jika kita melakukan tos dengan dua uang logam bersama-
sama, berapa
kemungkinannya akan mendapatkan 2 kepala atau 2 ekor pada kedua uang logam itu?
Jawaban:
K(kepala) = ½ K(ekor) = ½
K(dua kepala) = ½ x ½ = ¼ K(dua ekor) = ½ x ½ = ¼
kemungkinannya akan mendapatkan 2 kepala atau 2 ekor pada kedua uang logam itu?
Jawaban:
K(kepala) = ½ K(ekor) = ½
K(dua kepala) = ½ x ½ = ¼ K(dua ekor) = ½ x ½ = ¼
K(2 kepala atau 2 ekor) = ¼ + ¼ =
2/4 = ½
b) Jika kita
menarik sehelai kartu dan setumpuk kartu bridge, berapa kemungkinan kita akan
mendapat sehelai kartu As atau sehelai kartu Raja (diberi tanda huruf K)?
Jawaban:
K(As) =
1/13 K(Raja) = 1/13
K(As atau
Raja) = 1/13 + 1/13 = 2/13
B. PENGGUNAAN RUMUS BINOMIUM
Untuk mencari kemungkinan biasanya
dapat ditempuh jalan yang lebih mudah, yaitu dengan menggunkan rumus binomium
(a+b) n. Disini a dan b merupakan kejadian/peristiwa yang terpisah, sedangkan n
menyatakan percobaan.
Rumus binomium hanya
dapat digunakan untuk menghitung peluang yang masih dalam rencana. Seringkali
dalam melakukan percobaan tidak akan memperoleh hasil yang sesuai benar dengan
yang diharapkan. Agar hasil yang nampaknya “menyimpang” itu masih dapat dianggap
sesuai atau masih dapat digunakan (Suryo, 1990).
Contoh:
1)
Suami istri masing-masing normal tetapi herozigotik
untuk albino, ingin
mempunyai 4 orang anak. Berapa kemungkinannya bahwa:
mempunyai 4 orang anak. Berapa kemungkinannya bahwa:
a.
Semua anak itu akan normal.
b.
Seorang anak saja yang albino, sedang 3 yang lainnya
albino.
c.
Anak yang terakhir saja yang albino, namun jika ada
yang akan albino.
Jawaban :
Karena diinginkan 4 orang anak maka:
( a+b )4 = a4 + 4 a³b + 6 a²b²+ 4
ab³ + b4
Suami istri itu masing-masing mempunyai genotip Aa, sehingga
perkawinan mereka dapat dilukiskan sebagai berikut:
P (lk)
Aa x (pr) Aa ( keduanya normal )
F1 AA
= normal =3/4 Aa = normal =3/4
Aa = normal =3/4 Aa = normal aa = albino =1/4
Berhubungan dengan itu, andaikan
a = kemungkinan lahirnya anak normal (3/4)
b = kemungkinan lahirnya anak albino (1/4)
Jadi ,
a) K(4 normal ) = a4 = (¾)4 = 81/256
a) K(4 normal ) = a4 = (¾)4 = 81/256
b) K (3 normal 1 albino ) = 4a³b = 4 (¾)3
(1/4) =108/256
c) K(3 normal 1
albino ) = ¾ x ¾ x ¾ x ¼ = 27/256
Nampaknya pertanyaan b dan c seolah-olah sama tapi
sebenarnya beda.
2)
Kita melakukan tos dengan 3 uang logam bersama-sama.
Berapa kemungkinannya kita akan mendapatkan satu kepala dan dua ekor pada
ketiga uang logam ?
Jawaban:
Karena
digunakan 3 uang logam, tentunya n = 3. Di awal telah diketahui bahwa di waktu
melakukan tos dengan sebuah uang logam, kemungkinan untuk mendapatkan kepala
adalah sama besarnya dengan kemungkinan untuk mendapatkan ekor, yaitu ½.
Andaikan :
a =
kemungkinan untuk mendapatkan kepala (½)
b =
kemungkinan untuk mendapatkan ekor (½)
(a + b)3
= a3 + 3a2b + 3 ab2 + b3
Sehingga : K
(1 kepala, 2 ekor) = 3ab2 = 3 (½ ) (½ )2 = 3/8.
3)
Mempelai baru tidak setuju dengan anjuran Pemerintah
untuk berKB, karena mereka beranggapan bahwa anak adalah rejeki dari Tuhan YME.
Berhubungan dengan itu mereka merencanakan mempunyai 6 orang anak. Berapakah
kemungkinannya bahwa anak-anak mereka akan terdiri dari:
a)
3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki.
b)
2 anak perempuan dan 4 anak laki-laki.
c)
6 anak laki-laki.
d)
Urutan tertentu, yaitu laki-laki, perempuan,
laki-laki, perempuan, laki-laki dan perempuan?
Jawaban:
Berhubung
anak yang diinginkan 6, maka n = 6. Untuk mencari uraian dari pangkat 6 dapat
digunakan pedoman segitiga Pascal, yaitu sebagai berikut.
(a+b)6
= a6 + 6 a5 b + 15 a4b2 + 20 a³b³ +
15 a2b4 + 6 ab5 + b6
Telah
diketahui bahwa kemungkinan lahirnya anak perempuan dan anak laki-laki adalah
sama, yaitu ½ .
Andaikan: a = kemungkinan lahirnya anak laki-laki (½).
b = kemungkinan lahirnya anak perempuan (½).
a)
K(3 perempuan, 3 laki-laki) = 20a³b³ =20(½) ³ (½) ³=
20/64
b)
K(2 perempuan, 4 laki-laki) = 15a2b4
= 15(½) 2 (½) 4 =15/64
c)
K(6 laki-laki) = b6 = (½) 6 =
1/64
Jadi untuk
mendapatkan kombinasi yang pertama (3 perempuan 3 laki-laki) kemungkinannya
adalah 20 kali lebih besar daripada kombinasi yang ketiga (6 laki-laki).
d)
Karena diinginkan urutan tertentu, maka digunakan
dasar teori kemungkinan yang kedua, yaitu dengan mengalikan kemungkinan dari
tiap peristiwa.
Jadi K (lk,
pr, lk, pr, lk, pr) = ½ x ½ x ½ x ½ x ½ x ½ = 1/64
C. TES X2 (“CHI SQUARE TEST”)
Teori kemungkinan merupakan dasar
untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotip yang
berbeda-beda. Penggunaan teori kemungkinan memungkinkan untuk menduga
kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tertentu (Crowder,
1988).
Untuk mengevaluasi suatu hipotesis genetik
diperlukan suatu uji yang dapat mengubah deviasi-deviasi dari nilai-nilai yang
diharapkan menjadi probabilitas dan ketidaksaman demikian yang terjadi oleh peluang, yaitu
dengan Uji X2 (Chi-square). Uji ini harus memperhatikan besarnya sampel dan jumlah peubah (derajad
bebas). Uji X2
(Chi-square) adalah cara yang dapat dipakai untuk membandingkan data
percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang
diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Dengan cara ini seorang ahli
genetika dapat menentukan suatu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.
Tes
X2 (Chi-square test) dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
X = ∑
X= Chi
square test
e = hasil
yang diramal/diharapkan (expected)
d = deviasi/penyimpangan
(deviation) yaitu selisih antara yang
diperolah (observed) dan hasilnya
diramal.
∑ = jumlah
Dalam
perhitungan nanti harus diperhatikan besarnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang nilainya sama
dengan jumlah kelas fenotip dikurangi dengan satu. Jadi jika perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan
dengan perbandingan 3 : 1 maka ada 2 kelas fenotip sehingga derajat
kebebasannya 2 - 1 = 1. Jika terdapat sifat intermedier,
keturunannya melibatkan perbandingan 1: 2: 1. Berarti di sini ada 3 kelas fenotip
sehingga derajat kebebasannya 3 - 1 = 2. Pada perkawinan dihibrid didapatkan
keturunan dengan perbandingan 9: 3: 3: 1 berarti ada 4 kelas fenotipe sehingga
derajat kebebasannya 4 – 1 = 3.
Contoh:
Suatu persilangan antara sesama
individu dihibrid (AaBb) menghasilkan
keturunan yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu A-B-, A-bb, aaB- dan
aabb masing-masing sebanyak 315, 108, 101 dan 32. Untuk menentukan bahwa hasil persilangan ini
masih memenuhi nisbah teoretis ( 9 : 3 : 3 : 1 ) atau menyimpang dari nisbah
tersebut perlu dilakukan suatu pengujian secara statistika. Uji yang lazim
digunakan adalah uji X2 (Chi-square
test) atau ada yang menamakannya uji kecocokan (goodness of fit).
Untuk melakukan uji X2
terhadap hasil percobaan seperti pada contoh tersebut di atas, terlebih dahulu
dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel Contoh pengujian hasil persilangan dihibrid.
Kelas Fenotipe
|
O
(hasil percobaan)
|
E
(hasil yang diharapkan)
|
d = [O-E]
|
d2/E
|
A-B-
|
315
|
9/16 x 556 = 312,75
|
2,25
|
0,016
|
A-bb
|
108
|
3/16 x 556 = 104,25
|
3,75
|
0,135
|
AaB-
|
101
|
3/16 x 556 = 104,25
|
3,25
|
0,101
|
Aabb
|
32
|
1/16 x 556 =
34,75
|
2,75
|
0,218
|
Jumlah
|
556
|
556
|
X2h = 0,470
|
Pada tabel tersebut dapat dilihat
bahwa hasil percobaan dimasukkan ke dalam kolom O sesuai dengan kelas fenotipnya
masing-masing. Untuk memperoleh nilai E (hasil yang diharapkan), dilakukan
perhitungan menurut proporsi tiap kelas fenotipe. Selanjutnya nilai d (deviasi) adalah selisih antara O dan E. Pada kolom paling kanan nilai d dikuadratkan
dan dibagi dengan nilai E masing-masing, untuk kemudian dijumlahkan hingga
menghasilkan nilai X2h atau X2 hitung. Nilai X2h inilah yang
nantinya akan dibandingkan dengan nilai X2 yang terdapat dalam tabel
X2 (disebut nilai X2tabel ) yang disingkat
menjadi X2t.
Apabila X2h lebih kecil daripada X2t
dengan peluang tertentu (biasanya digunakan nilai 0,05), maka dikatakan bahwa
hasil persilangan yang diuji masih memenuhi nisbah Mendel. Sebaliknya, apabila
X2h lebih besar daripada X2t, maka
dikatakan bahwa hasil persilangan yang diuji tidak memenuhi nisbah Mendel pada
nilai peluang tertentu (biasanya 0,05).
Adapun nilai X2t yang
akan digunakan sebagai pembanding bagi nilai X2h dicari
dengan cara sebagai berikut. Kita tentukan terlebih dahulu nilai derajad bebas
(DB), yang merupakan banyaknya kelas fenotipe dikurangi satu. Jadi, pada contoh
di atas nilai DB nya adalah 4 - 1 = 3. Selanjutnya, besarnya nilai DB ini akan
menentukan baris yang harus dilihat pada tabel X2. Setelah
barisnya ditentukan, untuk mendapatkan nilai X2t
pembanding dilihat kolom peluang 0,05.
Dengan demikian, nilai X2t
pada contoh tersebut adalah 7,815. Oleh
karena nilai X2h (0,470) lebih kecil daripada nilai X2t
(7,815), maka dikatakan bahwa hasil persilangan tersebut masih memenuhi nisbah
Mendel.
Tabel X2
Derajad
Bebas
|
Peluang
|
||||||
0,95
|
0,80
|
0,50
|
0,20
|
0,05
|
0,01
|
0,005
|
|
1
|
0,004
|
0,064
|
0,455
|
1,642
|
3,841
|
6,635
|
7,879
|
2
|
0,103
|
0,446
|
1,386
|
3,219
|
5,991
|
9,210
|
10,597
|
3
|
0,352
|
1,005
|
2,366
|
4,642
|
7,815
|
11,345
|
12,838
|
4
|
0,711
|
1,649
|
3,357
|
5,989
|
9,488
|
13,277
|
14,860
|
5
|
1,145
|
2,343
|
4,351
|
7,289
|
11,070
|
15,086
|
16,750
|
6
|
1,635
|
3,070
|
5,348
|
8,558
|
12,592
|
16,812
|
18,548
|
7
|
2,167
|
3,822
|
6,346
|
9,803
|
14,067
|
18,475
|
20,278
|
8
|
2,733
|
4,594
|
7,344
|
11,030
|
15,507
|
20,090
|
21,955
|
9
|
3,325
|
5,380
|
8,343
|
12,242
|
16,919
|
21,666
|
23,589
|
10
|
3,940
|
6,179
|
9,342
|
13,442
|
18,307
|
23,209
|
25,188
|
15
|
7,261
|
10,307
|
14,339
|
19,311
|
24,996
|
30,578
|
32,801
|
20
|
10,851
|
14,578
|
19,337
|
25,038
|
31,410
|
37,566
|
39,997
|
25
|
14,611
|
18,940
|
24,337
|
30,675
|
37,652
|
44,314
|
46,928
|
30
|
18,493
|
23,364
|
29,336
|
36,250
|
43,773
|
50,892
|
53,672
|
Tes
untuk dua kelas fenotip
Contoh:
Misalnya ada percobaan dengan melakukan
tescross pada tanaman berbatang tinggi heterozigotik (Tt), hasilnya misalnya
berupa 40 tanaman berbatang tinggi dan 20 tanaman berbatang pendek. Apakah data
hasil tescross itu dapat dianggap baik dan dipercaya?
Jawaban:
Teoritis testcross pada monohibrid (Tt x tt) akan
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 batang tinggi : 1 batang pendek.
Tinggi Pendek Jumlah
o 40 20 60
e 30 30 60
d +10 -10
(d -
+9,5 -9,5
Koreksi yates
3,01 3,01
= 3,01 + 3,01
=6,02
= antara 0,01
dan 0,05
Karena nilai kemungkinan kurang dari 0,05 (yaitu angka
yang dianggap sebagai batas signifikan) maka deviasiasi cukup berarti.
Berhubungan dengan itu hasil percobaan tescross tersebut tidak baik dan tidak
dapat dipercaya, tentu ada faktor di luar
faktor kemungkinan yang ada di situ.
Tes X2 untuk
3 kelas fenotip atau lebih
Contoh :
Contoh :
Misalnya kita melakukan percobaan
dengan membiarkan suatu tanaman bunga menyerbuk sendiri. Setelah tanaman ini
menghasilkan buah dan biji – bijian yang terdiri dari 72 tanaman berbunga ungu
, 28 tanaman berbunga merah dan 28 tanaman berbunga putih. Peristiwa apakah
yang berperan disini dan apakah hasil percobaan itu dapat dianggap benar ?
Jawaban:
Melihat hasil itu dapat diduga bahwa ada peristiwa
epistasi resesip, yang secara teoretis
seharusnya menunjukkan perbandingan fenotipe 9 : 3 : 4
Ungu merah putih jumlah
o 72
28
28 128
e 72
24
32 128
d 0 +4
-4
- 0,67 0,50
0,67
+ 0,50 =
1,17
K [2] = antara 0,50 – 070
Karena nilai kemungkinan di sini jauh lebih besar dari
pada 0,05 maka tidak ada faktor lain yang mempengaruhi hasil tersebut, kecuali
faktor kemungkinan jadi adanya defiasi itu hanya karena kebetulan saja dan
defiasi itu sendiri tidak berarti maka hasil percobaan tersebut baik dan dapat
dianggap benar.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Teori
kemungkinan adalah dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari
tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda-beda. Penggunaan teori kemungkinan
ini memungkinkan untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu
dari persilangan tertentu. Beberapa dasar mengenai teori kemungkinan yang perlu
diketahui ialah:
1)
Besarnya kemungkinan atas terjadinya sesuatu yang
diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu
terhadap keseluruhannya.
2)
Besarnya kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau
lebih yang masing-masing berdiri sendiri adalah sama dengan hasil perkalian
dari besarnya kemungkinan untuk masing-masing peristiwa itu.
3)
Kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih yang
saling mempengaruhi ialah sama dengan jumlah dari besarnya kemungkinan untuk
tiap peristiwa itu.
Probabilitas atau kemungkinan ikut
mengambil peranan penting dalam ilmu genetika, misalnya mengenai pemindahan
gen-gen dari induk/orang tua ke gamet-gamet, pembuahan sel telur oleh
spermatozoon, berkumpulnya kembali gen-gen di dalam zigot sehingga dapat
terjadi berbagai macam kombinasi.
Untuk mencari kemungkinan biasanya dapat
ditempuh jalan yang lebih mudah, yaitu dengan menggunkan rumus binomium (a+b) n.
Uji Chi-square (X2)
adalah uji nyata (goodness of fit) data yang diperoleh benar menyimpang dari
nisbah yang diharapkan, tidak secara kebetulan. Perbandingan yang diharapkan
(hipotesis) berdasarkan pemisahan alele secara bebas, pembuahan gamet secara
rambang dan terjadi segregasi sempurna. Tes X2 (Chi-square test)
dibedakan menjadi 2 yaitu Tes X2 untuk 2 kelas fenotipe dan Tes
X2 untuk 3 kelas
fenotipe atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Adisoenarto
Soenartono.1988. Genetika, Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga.
Andry
Setiawan. 2012. Genetika Probabilitas.
(Online). http://andryunib.blogspot.com/2012/04/genetika-probabilitas.html#_ .Diakses pada
tanggal 16 April 2013 Pukul 14.00 WIB.
Barri
Pratama. 2012. Kemungkinan. (Online).
http://barripratama.blogspot.com/2012/01/kemungkinan.html. Diakses pada
tanggal 14 April 2013 Pukul 05.00 WIB.
Crowder L.
V. 1982. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Mifta
Arifin . 2012. Teori Peluang Genetika.
(Online). http://teoripeluanggenetikamiftah.blogspot.com/. Diakses pada
tanggal 14 April 2013 Pukul 06.00 WIB.
http://nurulmasruroh.blogspot.com/
2009/09/ teori-kemungkinan-dalam-genetika.html. Diakses pada
tanggal 14 April 2013 Pukul 06.00 WIB.
Standfield,
W. D. 1991. Genetika: Teori dan Soal-Soal. Erlangga: Jakarta.
Suryo. 1984.
Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suryo. 2005.
Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wildan
Yatim. 1991. Genetika. Bandung:
Tarsito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar